anyeong!! ini cerita gua yang ke 3~ ini fiksi yaa ga real kok cuman orang sama sifatnya aja yang asli ^^v
Aku melrik
cowok jangkung berandal
yang sedang duduk sebangku denganku ini.Sekarang dia tertidur pulas sehabis melakukan kebiasaannya
yang sudah merupakan rutinitas bersama teman-teman sesama berandalnya, apalagi
kalau bukan membuat kerusuhan
di kelas. Astagaa ,
apa dia tidak memikirkan Pak.Ridwan
akan menggantungnya di tiang
bendera? Ckckckck… aku
menggelengkan kepala..
Bel telah berbunyi. Aku kembali melirik cowok ini, lalu menyenggol lengannya
serta menyodorkan buku catatanku ke arahnya.
“Ini, Catat
yang ketinggalan. Besok ada ulangan,” kataku singkat karena aku sudah tau dan
hapal akan reaksinya lalu berbalik ke kantin.
Pada pelajaran Fisika,
kami ditugaskan oleh Pak Budi
untuk menjawab 50 soal tentang Listrik
statis, listrik dinamis, induksi elektromagnetik dan tata surya secara
berkelompok. Dan, masalahnya kami ditugaskan berkelompok dangan teman sebangku. Hanya ada 2
anggota tiap kelompok. Beruntung banget si Fatima ini, ia sebangku dengan Desya, pakar Fisika
sekaligus pengganti Einstein. Sedangkan aku? Hellooo… aku sebangku dengan Angga Fadila Putra, dan aku yakin ia sangat cuek bahkan
malas atau lebih tepatnya
TIDAK PEDULI dengan tugas ini, sehingga kemungkinan besar aku harus menjawab
soal-soal ini SENDIRIAN! Hah, haruskah aku meminjam otak Desya untuk menjawabnya?
Perlahan ku coba untuk berbicara kepadanya seramah sekali lagi SERAMAH mungkin.
“Angga,
dimana kita mau mengerjakannya?” tanyaku menoleh ke arahnya dan memberikannya
sedikit senyum. Kenapa sedikit? Karena mungkin ia tak akan menghargai itu. Ia
hanya meliriku dingin. Lihat
kan?
“Terserah,” jawabnya ketus. Ya, ya, aku sudah tahu kalau dia tidak
niat sama sekali. Kurasa saatnya untuk sedikit lebih keras terhadapnya.
“kalau begitu.
Aku tunggu kau di taman dekat persimpangan jalan sekolah ini. Bila kau tak
datang, terpaksa aku mencoret namamu karena yang kerja cuma aku,”
“Kapan?”
“Jam 5 sore ini,” dan selesai aku berkata, ia langsung pergi. Kemana?
Ke kantin. Sudah rutinitasnya dan aku sebagai teman sebangkunya hapal akan
kebiasaannya. Aku menunggunya sambil duduk di kursi panjang yang ada di taman
itu. Sudah 15 menit. Berlalu Baiklah,
kalau sampai ia 15 menit lagi ia tak datang, namanya akan kucoret dengan senang
hati. Kenapa? Karena selama menunggunya aku sudah mengerjakan 35 soal! Hebat kan aku ini.
Setelah 5 menit menunggu lagi, akhirnya aku menemukan angga melangkah mendekat,
namun ada yang aneh. Ia
berjalan dengan pelan.
Bingung, heran dan penasaran, aku menghampirinya. Mataku memlotot maksimal ketika melihatnya secara
keseluruhan. Sudut bibirnya terluka, lebam menghiasi setiap lekuk wajahnya yang harus kuakui memang tampan serta pelipisnya mulai membiru.
“Astagaa, ayo
ikut aku,” kataku dan langsung memapahnya menuju rumahku yang memang ada di
seberang taman. Ia hanya menurut. Setelah mendudukkannya di sofa, aku langsung
mengambil sebaskom air, handuk kecil dan kotak P3K. Ia terus memandang lurus ke depan, menghiraukanku yang mulai
beraksi dengan kapas dan alcohol. Sesekali ia meringis kesakitam ketika aku mengompres
lebamnya. Karena ia tak kunjung bicara, kutekan luka di pipinya dengan handuk
yang kupegang.
“Aduh!!” katanya lalu melotot ke arahku.
DEG!!!
Aku terpaku menatap mata besar itu. “Ya! Kau melakukan apa hah?”
kataku spontan. Ia hanya menatapku tanpa ekspresi. “Kau berantem lagi? Ckckck..” kataku lagi
sambil berusaha berkonsentrasi pada lebam di wajahnya. “Kenapa sih melakukan
hal tak berguna seperti itu? Itu
sangat seperti anak kecil,” omelku pelan sambil membereskan kotak P3K
dan beranjak menaruhnya kembali di lemari. Aku menyambar buku Biologi dan pena,
lalu kembali duduk di sofa.
“apa yang kau
lakukan?” tanyanya heran menatapku. Apakah ia sudah amnesia?
“Ya! Kita janjian untuk mengerjakan tugas Fisika bodoh!” seruku padanya. “Ini, aku sudah mengerjakan
setengah lebih karena menunggumu,” lanjutku. Ia menghembuskan napas pasrah dan
membuka buku itu. Aku terus memandangnya yang sedang menulis.
“Kenapa terus memandangku?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari
buku tugas. Aku tersentak, lamunanku hancur seketika.
“Tidak, aku
memikirkan sekuat apa orang itu memukulmu, hingga lebammu sampai sangat biru
seperti itu,” jawabku asal. Ia memandangku tajam.
“Kau meremehkanku?” katanya mendekat.
“engga kok enggaaa…”
“Huh?” wajahnya mulai mendekati wajahku sambil melotot .
“Iya iyaa !! Maaf!!”
kataku keras dan ia kembali ke posisi semula.
Tak terasa sudah menginjak tahun terakhir di SMP yadika 6 ini. Karena kedekatanku dengannya yang terbilang
‘aneh’ banyak orang menyangka kami saudara, bahkan ada yang mengira kami
berpacaran. Tapi karena kedekatanku itulah, aku sudah bisa merubahnya menjadi
lebih baik, walaupun dinginnya sih sama. Tapi karena itu juga, ia jadi popular sekarang. Banyaaaaaaakk adek kelas yang tergila-gila
padanya. Coba kalau mereka tahu seperti apa ia dulu, mungkin mereka akan
mengelus dada.
Aku dengan susah
payah membawa box besar berisi,
surat, kartu, coklat, dan banyak hal lagi yang tak terhitung banyaknya bagai
bintang di langit utnuk Angga.
Kenapa aku harus membawanya? Karena dia bilang itu tugasku sebagai asistennya.
WHAT THE HELL????
BRAK!!
“Ya! Apa lagi yang harus kukerjakan hah?” kataku kesal sambil membanting box itu di hadapan angga yang sedang duduk di
depanku. Lokasi kami sekarang sedang ada di atap sekolah. Ia tersenyum kecil.
“Makasiih..”
“Terima kasih saja tidak cukup. Aku minta kau jelaskan
tentang gosip itu,”
kataku sambil duduk di sebelahnya.
“apa?”
baiklah, kebiasaannya malas ngomong masih ia bawa sampai sekarang. Aku memutar
kedua bola mataku kesal. dih,
dia pura-pura tak tahu.
“Gosip bahwa kau sedang menyukai seseorang itu!!” kataku menjitak pelan kepalanya.
“Aduh, iya, itu benar,” katanya
sambil mengelus kepalanya.
“Ya! Ya! Ya! benarkah??
Waaahh.. aku ketinggalan,” tak bisa kupungkiri bahwa aku sangat penasaran
dengan perempuan itu.
Aku memandang box itu. Di dalamnya, ada sepucuk surat dariku. Hahaha, aku
memang menyukainya sejak 2 tahun lalu. Namun sepertinya perasaan itu harus
kukubur dalam-dalam. Aku rasa cintaku bertepuk sebelah tangan. Kasian banget diriku ini. “siapa?” tanyaku hati-hati.
“kenapa? Kau
takut tersaingi?” apaa??
Apa-apaan itu??
“Tersaingi?? enggaaa,
kalau kau menyukai perempuan
yang salah aku bisa memperbaiki,” kataku spontan. Ia hanya tertawa.
Tiba-tiba tangannya terulur mengambil salah satu benda di dalam box
itu. JA… JANGAN!! Biasanya aku yang
membacakan!! Lagipula bagaimana kalau ia membaca suratku? Yaaahhh.. walalupun
aku tak menuliskan namaku BAHKAN aku mengetikanya dengan computer, tetap saja!
Dan sekarang tangannya meraih sebuah amplop
putih. Ya! Itu milikku! Tapi aku tetap diam. Sekarang ia mulai membacanya.
“Apa?? Ketik computer?
Tanpa nama? Ya! Kau tahu siapa pengirimnya?” tanyanya tiba-tiba padaku. Aku
hanya menggeleng.
“tidak. Itu
sudah ada begitu saja di situ,” syukurlah.. lebih baik ia tak tahu. Lalu ia
mulai senyum-senyum sendiri membaca surat itu. Apanya yang lucu hah? “Yaa!! Apa
kau sudah gila?? Kenapa kau senyum-senyum??”
“Tidak, hanya
saja penulisnya bodoh
sekali,”
“APA??? Ya!
Jangan meremehkan
tulisan! Itu perasaan tau! Nulis juga pake mikir!” seruku.
“Maksudku bukan itu,” katanya menenangkan. “Hanya saja tulisannya
polos sekali, lihat, ‘kau memang menyebalkan, tetapi kenapa ya aku
menyukaimu?’” Oh, teruslah tertawa
angga fadila, lama-lama
kucekek juga lehermu.
“Memang bodoh,
hahaha… anak yang polos,” kataku meledek diriku sendiri. “Ya!! Jangan
mengalihkan topik pembicaraan!!”
“iya?”
“siapa? Perempuan yang kau sukaitu!!!
!! Lelet sekali sih kau ini!!”
“Pengen tau banget sih?”
“Ya jelas lah. Aku sahabatmu. Dan, aku harus tahu duluan!”
“Kenapa?”
“Karena aku sahabatmu!”
“Dih,
sahabat,”
“Lhoo… memangkan??” pekikku pelan. “ beritahu aku siapa perempuan sial itu, hehehe…”
“Haissh, kau benar-benar ingin tahu?”
“iya! tentu
saja!”
“Baiklah. Inisialnya J .”
“J? siapa??”
“Dia seorang perempuan...”
“Aku tahu Bodoh! Tapi maksudku adalah, apakah dia tinggi, pintar,
cantik, yang seperti itu!” kataku sambil menjitak kepalanya.
“Dia ceria, suka menolong, namun sedikit bodoh,” apa?? siapa?? Aiissshh aku penasaran sekaliiii!! “Ah, terlalu sulit.
Sudahlah sebutkan saja namanya, janji ga bakal bilang siapa-siapa!” kataku
sambil membuat huruf V dengan jariku.
“Tidak jadi.” Katanya sambil
beranjak meninggalkanku.
“Ya! Ya! Ya! Aisshh, anggaa,
nanti kutraktir deh!! Yahh?? Tapi kasih tau dulu!!” kataku sambil menahan
lengannya. Ia hanya melirikku, dan aku langsung memansang mata memelas andalanku. Sedetik kemudian
ia langsung membisikan nama
perempuan itu ditelinga ku
APAAAA???????
Aku hanya
mematung. Aku shock setengah mampus. Pasti
ini mimpi. aku menabok pipiku.
PLAK!!!
“Aduuuh….”
Sakit ya Tuhan!! Ini nyata!!!!!
“Ya! Kenapa kau megira ini mimpi hah?” bentaknya tepat di depan
wajahku, membuatku sedikit terjengkang ke belakang padahal aku sedang bersender
di tembok. “Surat yang pakai ketikan komputer itu darimu, kan?” katanya lagi.
Aku kembali kaget.
“Da.. Darimana kau tahu??”
“Aku mengikutimu bodoh,”
“APAA?? DASAR MR. KEPO KAU!!” teriakku malu sambil
memukuli tubuhnya. Ia malah mendekatkan wajahnya ke wajahku.
“Yah, walaupun aku sudah tahu jawabannya, tapi aku ingin mendengarnya
langsung darimu,”
“Jawaban apa?”
“…”
“Yaa!!”
“Kau menyukaiku kan??”
DEG!!