popular entri

Senin, 25 Februari 2013

HOBI : membuat cerita fiksi


ADA banyak cara untuk menjelajahi dunia fiksi. Ada banyak pintu masuk yang bisa digunakan, guna ‘memancing’ imajinasi agar mengalir liar. Salah satunya adalah menggunakan ‘kata kunci ajaib, yakni kata bagaimana jika.
Banyak kisah fiksi terkenal, baik dalam bentuk komik, novel bahkan film yang dibuat dengan ide awal “bagaimana jika”.

- Bagaimana jika seorang remaja digigit laba-laba yang mengalami mutasi genetik, dan si remaja pria ini kemudian mendapat kekuatan super? (Komik dan film laris Spiderman)
- Bagaimana jika satu keluarga terdampar di Afrika, kedua orang tua tewas dimangsa harimau dan bayi laki-laki yang selamat kemudian diasuh dan dibesarkan seekor gorila? (Novel, komik dan film Tarzan).

- Bagaimana jika sebelum disalib, Yesus Kristus sudah menikah dengan Maria Magdalena, dan keturunan mereka masih hidup hingga kini? (Novel dan film laris Da Vinci Code).
Penggunaan kata kunci “bagaimana jika” terbukti sangat membantu ketika saya ‘iseng-iseng’ membuat cerita fiksi. Sejumlah kisah fiksi yang saya tulis, dibuat dengan pendekatan “bagaimana jika”.
- Bagaimana jika ada Alien yang terdampar di Indonesia, dan si Alien ini ngeblog di Kompasiana? (Akun Alien Indo)
- Bagaimana jika seorang anggota perkumpulan elit pembasmi kejahatan yang mengundurkan diri, dan mendapati kenyataan bahwa istri serta anaknya yang masih bayi dibunuh rekan-rekannya di perkumpulan elit itu? (Cerita silat Darah di Wilwatikta, ditulis bersama Daun Ilalang)
- Bagaimana jika seorang wartawan mengetahui ada konspirasi rahasia yang melibatkan tokoh penting di republik, dan si wartawan kemudian tewas dibunuh? (Kisah spionase Operasi Garuda Hitam, ditulis bersama dua teman)
- Bagaimana jika ada keluarga kecil yang suka membahas berbagai persoalan yang terkait dengan cinta dan rumahtangga? (akunRumahkayu, dibuat bersama Daun Ilalang)
Karena berandai-andai, saya bebas berimajinasi. Dan saya menyadari satu hal. Di dunia fiksi, langit adalah batasnya. Artinya, saya, Anda, kita bisa berimajinasi apa saja.
Biasanya, ketika berimajinasi, ada beberapa pertanyaan yang kerap menyeruak. Pertanyaan itu adalah: apakah imajinasi yang saya pikirkan ini tidak berlebihan? Apakah pembaca akan percaya dengan yang saya paparkan? Secara logika, apakah kisah ini masuk akal?
Pertanyaan seperti ini hendaknya menjadi pemecut semangat untuk berusaha sedapat mungkin menguraikan kisah imajinatif itu menjadi rasional. Setidaknya bisa diterima akal sehat sekalipun dalam dunia nyata hal itu sukar terjadi.
Contoh pada kisah Tarzan, seberapa besar peluang hidup seorang bayi yang dipelihara seekor gorila? Toh hingga kini kisah Tarzan tak pernah atau jarang diperdebatkan dari sisi logika.
Sumber inspirasi
Cara termudah untuk mendapatkan inspirasi untuk menulis kisah fiksi adalah dengan mengambil pendekatan berdasarkan tema yang disukai. Kisah Alien dibuat karena sejak kecil saya ‘tergila-gila’ pada apa yang disebut sebagai kehidupan di luar bumi. Kisah Darah di Wilwatikta dibuat karena saya (pernah) tergila-gila pada cerita silat. Begitu juga kisah Operasi Garuda Hitam yang dibuat sebagai wujud penasaran saya pada kisah spionase ala James Bond.
Selain topik yang disukai, inspirasi juga bisa muncul dari peristiwa aktual. Sebagai contoh, suatu ketika dalam antrian di bank di dekat saya duduk seorang kakek renta, usianya mungkin sudah mendekati 80 tahun. Melihat si kakek, pikiran ‘fiksi’ saya berjalan dan berandai-andai: Bagaimana jika si kakek tiba-tiba semaput dan tewas?Hmmm… Terdengar agak kurang ajar memang tapi itu kan hanya berandai-andai?
Tapi kakek yang meninggal dalam antrian di bank mungkin tidak terlalu luar biasa. Saya kembali berimajinasi: Bagaimana jika sebelum meninggal dunia, si kakek menyelipkan secarik kertas kumal kepada saya?
Apa yang tertulis di kertas kumal itu tergantung mau dibawa ke mana cerita itu. Jika akan dijadikan kisah keluarga, maka kertas itu mungkin berisi alamat anak tunggalnya yang 30 tahun terakhir tak pernah terdengar kabar beritanya. Atau mungkin juga alamat tujuh perempuan yang dulu pernah menjadi istrinya.
Jika kisahnya berbau spionase, maka isi kertas itu bisa saja adalah daftar nama anggota DPR RI yang diam-diam menjadi anggota perkumpulan Putih Lembayung, organisasi rahasia yang diam-diam menyokong sejumlah aksi teror di Tanah Air.
Jika kisahnya berbau aksi petualangan, maka kertas itu berisi petunjuk awal peta rahasia tempat harta karun peninggalan Mahapatih Gajah Mada disembunyikan.
Sayang, karena kesibukan, inspirasi yang muncul setelah saya bertemu si kakek di bank itu belum sempat dituangkan menjadi cerita. Jika kapan-kapan punya waktu, mungkin saya akan mengambil pendekatan aksi petualangan, kombinasi Indiana Jones dengan National Treasure. Sebagai pemanis mungkin akan saya hadirkan sosok perempuan cantik yang tak lain cucu si kakek.
Tantangan utama
Tantangan utama bagi penulis fiksi adalah bagaimana meyakinkan pembaca untuk memercayai kisah yang dipaparkan. Kesuksesan terbesar penulis fiksi adalah jika pembaca meyakini kisah khayalan itu sebagai sebuah kebenaran.
Bagaimana membuat sebuah kisah khayalan dipercaya sebagai nyata? Ada banyak cara. Antara lain dengan memasukkan sejumlah fakta yang benar-benar ada atau pernah dan sedang terjadi. Dengan mengombinasikan fakta dengan khayalan, pembaca bisa digiring untuk percaya bahwa kisah itu secara logika masuk akal. Dan bisa terjadi.
Contoh paling menarik adalah kisah Da Vinci Code yang dikarang Dan Brown. Kisah yang dipaparkan begitu mengejutkan dan luar biasa sehingga banyak pihak terhenyak. Paparan fakta dalam kisah itu begitu meyakinkan sehingga banyak yang menganggapnya sebagai kebenaran. Golongan tertentu yang anti dengan kekristenan bersorak gembira karena merasa telah menemukan bukti valid seputar kebohongan di balik agama Kristen. Beberapa kalangan Kristen juga menyikapinya dengan antara lain mengutuk, bahkan menganjurkan agar novel (dan kemudian film) Da Vinci Code diboikot.
Golongan anti kekristenan yang bersuka dan pihak Kristen yang mengutuk itu tidak tahu, bahwa kisah fenomenal Da Vinci Code dibangun berdasarkan dua kata kunci sederhana: Bagaimana jika….
Catatan:
- Tulisan ini merupakan bagian dari naskah buku 66 ‘Jurus Mabuk’ Buat Ngeblog,  yang baru saja diterbitkan Elex Media Komputindo
- Karena belum pernah mencoba, saya tidak tahu apakah pendekatan “bagaimana jika” juga bisa diaplikasikan dalam pembuatan puisi…